Eksotika Baduy Eksotika Indonesia
Setuju nggak,
Kalo Kita ngomongin eksotika Indonesia Gak bakal ada habisnya. Kenapa Saya bilang
begitu, Karena memang Bumi Pertiwi Kita dikaruniai Tuhan
YME dengan keberagaman yang patut Kita banggakan. Nah keberagaman ini
juga yang harus Kita jaga agar keberadaanya tetap menjadi daya tarik yang
menciptakan potensi positif bukan malah menjadi bibit yang memicu perselisihan
. Buat Saya,Prinsip keberagaman yaitu pluralisme ataupun pluralitas bisa
berbaur tapi tak melebur Karena toleransi bukanlah pengorbanan tapi
penghomatan.
Berbicara
eksotisme Indonesia, Saya ingin menceritakan kunjungan Saya ke baduy bulan lalu bersama Bentara Muda Jakarta
( Komunitas Pemuda Peduli Budaya) dan
teman-teman sekampus . Ini adalah kali pertama Saya dan teman-teman mengunjungi Baduy. Kami berangkat menuju stasiun tanah abang dari pasar minggu
Kemudian dilanjutkan dengan perjalanan menuju Rangkasbitung.
Kami sempat
menunggu rombongan lain yang tertinggal dijakarta dengan beristirahat disepanjang
teras stasiun ditengah ramainya lalu
lalang para pengguna kereta. Terlihat juga beberapa orang yang sedang
menunggu.Tak lama Kami menunggu sambil
berdiskusi dan berjejaring sosial ,robongan pun datang kemudian
dilanjutkan dengan jalan kaki menuju terminal mandala yang tidak jauh dari
stasiun dan mengambil angkutan umum menuju ciboleger.
Setibanya di
Ciboleger Kami dan rombongan istirahat sebentar untuk makan siang dan sholat
kemudian diadakan briefing dan doa bersama yang dipimpin oleh ketua kelompok.
Sekitar 40
orang tergabung pada Rombongan bentara muda siap untuk melakukan perjalanan 5
jam ke Baduy dalam dengan persiapan yang matang tak ketinggalan tongkat kayu
yang sengaja di beli dari masyarakat setempat untuk membantu Kami pada saat pendakian.
Lokasi Baduy
Luar hanya beberapa meter dari terminal Ciboleger, Kami pun Berhenti sejenak dirumah Ketua Adat untuk
meminta izin dan Ketua Kelompok membacakan tata tertib sebelum memasuki wilayah
Baduy dalam.
Perjalanan
panjang pun dimulai. Para peserta terlihat semangat terlihat dari kepatuhan
mereka yang menaati peratuaran panitia untuk mengenakan sandal atau sepatu
gunung untuk menghadapi medan terjal.
Kami
melewati pedesaan sepanjang jalur Baduy dalam dan terlihat Ciri khas Orang
Baduy luat dengan pakaian hitam sedangkan Baduy luat menggunakan pakaian
hitam dan putih. Tas Kain putih
merupakan barang vital bagi masyarakat baduy sebagai tempat penyimpanan barang
saat berpergian.
Kami
melintasi Jembaran Kayu ..hampit semua jembatan di baduy terlihat seperti ini,
jembatan yang digantung dengan hanya menggunakan serat-serat tumbuhan sebagai
pengikat simpul-simpul namun terbukti kuat walaupun pada saat Kami melintasi
jembatan sedikit goyang dan mengharuskan para penggunanya untuk berpegangan
guna menghindari terpeleset.
Baduy juga
merupakan penghasil cengkeh. Petani cengkeh sedang menjemur cengkah,cengkeh
yang hijau kemudian akan menguning pada suhu panas tertentu dan kemudian akan
memerah dan menjadi akan siap dipasarkan ke masyarakat luar jika sudah matang
dengan warna coklat pekat.
Selain
menjadi petani, Masyarakat baduy luar memiliki keahlian menenun. Perempuan
baduy tetap menggunakan pakaian khas hitam dan kain batik biru namun sudah terlihat lebih modern dibanding
wanita baduy dalam.Biasanya wanita Baduy luar berlomba-lomba untuk meningkatkan
martabat keluarga , semakin makmur keluarga tersebut dapat dilihat dari emas
yang dipakai oleh para istrinya.
Sungai ini
yang menjadi penghidupan bagi masyarakat baduy. Tidak ada kamar mandi pribadi
ataupun toilet di Baduy, semua aktivitas yang berhubungan dengan air akan
dilakukan disungai. Biasanya ada 2 bagian sungai, Bagian depan digunakan Kaum
laki-laki dan bagian belakang digunakan kaum wanita baik untuk mandi,mencuci
dan mengambil air untuk masak. Tapi tidak smua air sungai dapat dikonsumsi oleh
karena itu masyarakat baduy membuat sumber air tersendiri sepanjang jalan yang
dapat dinikmati oleh setiap pejalan jauh.
Setibanya di
baduy dalam Kami tidak diperkenankan untuk mengambil gambar dan harus menaati
setiap peraturan. Kami tinggal di rumah warga dan berinteraksi dengan
masyarakat sekitar. Masyarakan Baduy sangat ramah hanya saja ada sebagian yang menutup diri. Semakin
banyaknya turis lokal yang berkunjung ke Baduy membuat mata pencaharian Orang
Baduy beragam mulai dari perani madu ,
pedagan makanan dan penjual kerajinan. Biasanya mereka mendapatkan barang
kerajinan dari Baduy luar dan dijual di dalam karena masyarakat baduy dalam
memiliki sedikit keterampilan dibandingkan Baduy luar.
Satu malam
menginap , pagi pun kita berpamitan untuk pulang. Satu lagi yang menarik yaitu
porter. Anak-anak Baduy sudah diwajibkan untuk bekerja bila mencapai umur 5
tahun bagi laki-laki dan 7 tahun bagi perempuan. Mereka harus sudah berani
berladang dihutan belantara, dihadapkan dengan situasi seperti itu, anak-anak
Baduypun memiki pisik yang kuat. Terlihat dari beberapa anak Baduy yang
dipekerjakan sebagai porter dengan membawa barang bawaan turis yang terkadang
terlihat tidak manusiawi namun hal ini sudah terbiasa bagi mereka yang harus
berjalan jauh dengan beban bawaan yang tidak bisa dikatakan ringan. Mereka
memasang tarif rata-rata Rp.20.000 untuk 5-10 kilo atau biasanya dihitung per
tas.
Anak Baduy
dalam dengan ciri khas baju hitam putih
dan mengenakan ikat kepala putih dikepalanya .
Baduy
menyimpan keunikan tersendiri. Orang baduy atau dikenal dengan orang Kakenes
merupakan sub-etnis Sunda di Kabupaten Lebak Banten dengan populasi sebesar
5.000 hinggga 8.000 orang dan menerapkan isolasi dari dunia luar.
Adapun
asal-usul Baduy masih diperdebatkan karena orang Baduy sendiri tidak mengenal
baca tulis, sehingga sejarahpun hanya diabadikan dari mulut ke mulut secara
turun temurun. Menurut Kepercayaan, Mereka merupakan keturunan Batara Cikal
yaitu dewa yang diutus ke Bumi untuk menjaga kelestarian alam dan sering juga
dihubung-hubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang pertama sedangkan
menurut catatan sejarah perjalanan pelaut, Baduy menupakan keturunan kerajaan
Sunda dan ada juga peneliti yang mengatakan Baduy adalah Penduduk setempat yang
dijadikan Mandala (Kawasan Suci ) oleh Raja
Rakeyan Darmasiksa dan
berkewajiban memelihara kabuyutan atau yang dikenal dengan kepercayaan Sunda
wiwitan.
Terlepas
dari asal muasal,Masyarakat Baduy memiliki keunikan peraturan adat. Baduy
terbagi menjadi 2 yaitu Baduy luar dan Baduy dalam. Biasanya Baduy luar sudah mulai
bisa beradaptasi dengan Masyarakat luar sedangkan Baduy dalam masih memegang
teguh adat istiadat.Masyarakat Baduy dilarang untuk menggunakan bahan kimia
untuk keperluan sehari-hari seperti sabun, pasta gigi,dilarang menggukan baju
modern,dilarang menggunakan transportasi ,teknologi dan segala bentuk yang
mengancam kelestarian alam. Jika Ada warga Baduy yang melanggar peraturan itu
maka dia akan dikenakan sanksi yaitu harus berpindah tempat tinggal ke Baduy
luar dan tidak diperkenankan kembali ke Baduy dalam. Dan bagi kaum Pria hanya
diperbolehkan mempersunting 1 istri dan boleh mempersunting istri kedua
bilamana istri pertama meninggal dunia.
Adapun
sistem pemerintahan baduy memiliki 2 sistem yaitu sistem nasional dan sistem
adat ,Kedua sistem tersebut digabung atau diakulturasikan sedemikian rupa
sehingga tidak tejadi benturan.
Sebelum meinggalkan Baduy , Kami
mengabadikan Sunset di baduy.Walaupun hujan menerpa dan badai melanda,
Perjalanan kami ke Baduy tetap diiringi semangat dan senyum ceria.
Yeni Inayah
Universitas Nasional &
Bentara Muda Jakarta
Comments
Post a Comment